ASAL MULA KERAJAAN SUNDA

Dari mana asal muasal berdirinya Kerajaan Sunda ?
Mungkin diawali dengan gelombang migrasi penduduk dari Negeri Yawana, India, ke Nusantara pada tahun 6000 SM. Alasan migrasi? Sama seperti menjawab alasan bangsa modern Eropa bermigrasi ke Amerika dan Australia. Sama seperti nenek moyang manusia, Adam melepaskan kenyamanan surga dan bermigrasi ke bumi. Sepanjang sejarah hidupnya, manusia merindukan travelling.
Namun sampai 100 M, ketika Johanes mulai menulis injil Johanes, tidak tercatat dalam sejarah nenek moyang urang Sunda melakukan upaya untuk mendirikan kerajaan. Sejarah mulai berubah sekitar tahun 130 M. Seorang Aki Tirem Luhur Mulya, penghulu sebuah kampung menerima kunjungan tim ekspedisi dari negeri Pallawa India, yang dipimpin Dewawarman.
Mula mula Dewawarman berkunjung untuk memenuhi pasokan logistik untuk rombongannya. Karena Aki Tirem mempunyai masalah dengan para perompak di selat sunda ( Lokasi kediaman Aki Tirem dipercaya di sekitar Pandeglang sekarang, dengan pelabuhan Teluk Lada yang ramai dengan kegiatan perdagangan ), maka Dewawarman dengan pasukan terlatih diminta memerangi gangguan bajak laut ini. Misi berhasil.
Kejadian dengan perompak selat Sunda menjadikan kemitraan Aki Tirem - Dewawarman semakin erat. Lebih erat lagi ketika Dewawarman mempersunting puteri sang Aki, Dewi Pwahaci Larasati. Akhirnya seluruh rombongan ekspedisi memutuskan untuk bermukim di tanah baru ini.
Sepeninggalan Aki Tirem, Dewawarman mendeklarasikan sebuah kerajaan baru bernama Salakanagara. Ini terjadi pada tahun 130 M. Salakanagara berararti negeri perak. Sangat mungkin dinamakan demikian karena saat itu masa pembuatan benda benda dari logam sedang berkembang pesat. Sejalan pula dengan penulisan kata negeri Argyre oleh Claudius Ptolemeus ( 150 M ) yang juga berarti negeri perak. Sementara sumber sumber dari China menyebutnya Koying.


Dan era kerajaan di tatar Sunda dimulai.....
KERAJAAN SALAKANAGARA
Tidak bisa dipungkiri bahwa berdirinya kerajaan Sunda pada awalnya tidak luput dari campur tangan orang orang dari lingkaran istana kerajaan India. Setidaknya bisa terlihat dari kelahiran kerajaan Salakanagara dan Tarumanagara. Dewawarman I, raja pertama Salakanagara adalah pemimpin sebuah ekspedisi dari kerajaan Pallawa. Sedangkan Jayasingawarman adalah maharesi Calankayana yang mengungsi karena negaranya takluk pada kerajaan Magada. Satu orang pemimpin ekspedisi, yang lainnya Maharesi yang kalah perang.
Namun di tatar Sunda Keduanya mempunyai karir yang bagus, bahkan memelopori pendirian kerajaan pertama di Nusantara. Keturunan mereka menjadi raja raja besar di Nusantara, termasuk Raden Wijaya yang mendirikan Majapahit, dan Adityawarman, raja Sriwijaya.
Selama kekuasaan dinasti Dewawarman, banyak peristiwa menarik terjadi. Yang pertama, tentu saja tradisi mewariskan tahta secara turun temurun dimulai, sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya. Dominasi trah India sangat terlihat jelas. Raja Dewawarman III adalah murni India. Bernama asli Singasagara Bhimayasawirya, dia adalah cucu Dewawarman I dari ibu India.
Untuk pertama kalinya wanita tampil memimpin negara, walaupun sifatnya darurat dan sementara. Mahisa Suramardini Warmandewi, memimpin karena sang suami, Dewawarman V gugur menghadapi perompak. Dan Spatikarnawa Warmandewi tampil karena Dewawarman VII tidak punya anak lelaki.
Perebutan kekuasaan sempat terjadi ketika Dewawarman VII wafat. Krodamaruta, merebut kekuasaan ketika hari berkabung Dewawarman VII belum usai. Bersama pasukan bersenjata lengkap yang langsung datang dari India, dia mengklaim sebagai raja baru. Anak keempat Dewawarman VI, dengan jabatan menteri di kerajaan Calankayana, India, dia merasa berhak mewarisi tahta berhubung raja terakhir tak punya anak lelaki. Usia kekuasaannya hanya tiga bulan karena tewas dalam kecelakaan.
Pada masa Dewawarman VIII, negara memasuki era keemasan. Sayang pada era Dewawarman IX, pamor Salakanagara benar benar redup. Dia hanya menjadi negara bagian Tarumanegara.
Era Tarumanegara dimulai.....
KERAJAAN TARUMANEGARA
Pernah dengar sungai Citarum?
Pernahkah anda ngeh bahwa sejarah kerajaan Sunda selalu berhimpitan dengan nama nama sungai khususnya Citarum?
Coba samar samar hubungkan kata Citarum dengan Tarumanagara. anda melihat kaitannya?
Selalu ada penjelasan dibalik kata kata.
Salakanagara 348 - 362 M mencapai masa keemasannya pada masa pemerintahan Dewawarman VIII. Salah satu peristiwa yang cukup menonjol adalah terjadi eksodus besar besaran pengungsi dari India. Mereka adalah penduduk Calakayana yang kerajaannya di kalahkan pasukan Magada. Diantara para pengungsi terdapat seorang Maharesi Calakayana, Jayasingawarman. Sang resi kemudian dinikahkan dengan puteri Dewawarman VIII, Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi. Kemudian diberi tempat di tepian sungai Citarum, dan diberi nama Tarumadesya ( Desa Taruma ).
Karena peningkatan jumlah penduduk yang pesat, maka Tarumadesya berganti nama menjadi Tarumanagara. Secara alamiah Tarumanagara menjadi lebih besar dari Salakanagara, sehingga pada masa pemerintahan Dewawarman IX Salakanagara malah hanya menjadian bagian Kerajaan Tarumanagara. Tidak tercatat peperangan pada masa transisi ini. Mungkin karena kuatnya pertalian darah antar mereka.
Total tercatat 12 raja yang memerintah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta
No Raja TARUMANEGARA dan Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman, 358-382
2 Dharmayawarman,382-395
3 Purnawarman, 395-434
4 Wisnuwarman, 434-455
5 Indrawarman, 455-515
6 Candrawarman,515-535
7 Suryawarman, 535-561
8 Kertawarman, 561-628
9 Sudhawarman, 628-639
10 Hariwangsawarman, 639-640
11 Nagajayawarman, 640-666
12 Linggawarman, 666-669
Masa masa Jayasigawarman dan Dharmawarman adalah masa masa konsolidasi. Puncak keemasan Tarumanagara terjadi pada saat Purnawarman berkuasa. Pada saat itulah kata Sunda mulai digunakan. Dipakai untuk menamai ibukota baru Sundapura yang terletak kurang lebih antara Bekasi - Bogor sekarang. Sunda berarti berkilau, putih, suci, bersih, jernih, murni. Sementara luas wilayah juga mengembang sampai ke Purwalingga, Jawa Tengah sekarang ( lihat peta di bawah). Total terdapat 47 kerajaan kecil bawahan Tarumanagara. 
Pada masa Wisnuwarman terjadi kudeta besar yang melibatkan Cakrawarman, panglima perang sejak jaman Purnawarman dan sejumlah besar menteri dan pasukan terlibat. Kudeta gagal, dan Cakrawarman tewas. Raja raja setelahnya memimpin dengan damai tanpa kejadian berarti. Catatan khusus diberikan kepada Suryawarman karena pada eranya seorang brahmana dari Calankayana, Manikmaya, ditikahkan dengan puterinya, Dewi Tirtakencana. Kemudian pasangan ini dihadiahi sebuah kerajaan bernama Kendan, sesuai dengan nama lokasinya ( sekarang kurang lebih di Nagreg ). Kerajaan Kendan ini nantinya bermetamorfosa menjadi medang jati, dan akhirnya menjadi Kerajaan Galuh.
Skandal besar terjadi pada masa Raja ke 8. Kertawarman menikahi Setyawati dari golongan sudra. Keadaan bertambah rumit karena Setyawati berpura pura hamil, padahal Kertawarman diketahui mandul. Untuk menutupi skandal ini, sang Raja mengangkat anak angkat, Brajagiri, dari golongan sudra juga. Manuver yang gagal, karena suasana kerajaan memanas. Namun sampai akhir hayatnya, Kertawarman tetap menjadi raja.
Kertawarman kemudian digantikan oleh adiknya, Sudhawarman. Sudhawarman digantikan anaknya, Hariwangsawarman, yang beribu India, dan dibesarkan di kerajaan Palawa. Didikan India menjadikannya keras dalam memegang aturan kasta. Sehingga Brajagiri yang saat itu memegang jabatan senapati diturunkan pangkatnya menjadi penjaga gerbang keraton. Brajagiri yang sakit hati kemudian membunuh Hariwangsawarman. Tragedi kembali menyelimuti Tarumanagara.
Era Nagajayawarman praktis tidak ada skandal yang berarti. Linggawarman kemudian tampil memimpin. Namun tanda tanda kemerosotan Tarumanagara mulai terlihat. Sepeninggalan Linggawarman, Tarusbawa, menantu Linggawarman yang bercita cita mengembalikan kejayaan masa Purnawarman, mengubah nama kerajaan menjadi Kerajaan Sunda. Sebuah keputusan yang fatal, karena seketika Tarumanagara kehilangan separuh wilayah kerajaannya.....
Dimulailah era Kerajaan Sunda Galuh......
KERAJAAN KENDAN
Sejak Dewawarman I memperkenalkan sistem kerajaan di tatar Sunda, maka bermunculanlah kerajaan kerajaan kecil yang berafiliasi kepada kerajaan lebih besar atau induk. Pada jaman Salakanagara, kita mengenal dua kerajaan bawahannya yaitu Kerajaan Ujung Kulon dan Kerajaan Tanjung Kidul.
Pada Masa dinasti Tarumanagara, kerajaan kerajaan kecil ini membengkak hingga 47 kerajaan. Salah satunya adalah Kerajaan Kendan. Adalah Manikmaya, seorang brahmana dari Calankayana, yang ditikahkan dengan Dewi Tirtakencana, puteri Raja ke-7, Suryawarman. Pasangan ini kemudian dikaruniai tanah di Kendan ( kurang lebih Nagreg sekarang ) lengkap dengan pasukan perang dan perangkat istana. Jadilah Kerajaan Kendan dengan Manikmaya sebagai raja pertama (536-568).
Setelah Manikmaya wafat, kedudukannya digantikan Rajaputra Suraliman Sakti (568-597), anaknya yang lebih banyak melewatkan waktu di Tarumanagara dengan sang kakek, Suryawarman.Beliau menikah dengan Dewi Mutyasari dari Kerajaan Kutai keturunan Kudungga.
Sepeninggalan Rajaputra, Kepemimpinan berpindah ke tangan Putra sulungnya, Kandiawan yang telah menjadi raja di Medang Jati.
Selanjutnya, inilah Medang Jati....
KERAJAAN MEDANG JATI
Kerajaan Medang Jati merupakan kerajaan bawahan Tarumanagara. 
Terletak di daerah Sumedang sekarang. Sebagai raja pertama dan terakhir adalah Kandiawan (597-612). Ia menjadi raja dua kerajaan kecil sekaligus karena Kerajaan Kendan diwariskan kepadanya oleh ayahandanya, Manikmaya.
Ia kemudian memilih jadi petapa di Layungwatang, Kuningan. Kekuasaan kemudian diberikan kepada anak bungsunya, Wretikandayun. Namun sang anak memilih mendirikan kerajaan baru bernama Galuh. Sebuah pilihan penuh makna, karena kelak Galuh menjadi Kerajaan besar, setara dengan Kerajaan Sunda.......
KERAJAAN INDRAPAHASTA
Bila ada kerajaan kecil di tatar Sunda yang bertahan melintas jaman, mulai dari era Salakanagara, Tarumanagara, hingga Sunda Galuh, ia lah Kerajaan Indraprahasta. Hanya karena salah memihak, pada tahun 726 M kerajaan ini dihancurkan Raja Sanjaya dari kerajaan Sunda. Memang sayang untuk sebuah kerajaan yang telah berusia lebih dari 350 tahun.
Lokasi Kerajaan ini kurang lebih di Cirebon selatan sekarang. Seperti halnya riwayat kerajaan kerajaan Sunda kuno, pendirian kerajaan ini diawali kedatangan maharesi dari India. Maharesi Sentanu melarikan diri dari Sungai Gangga menghindari kejaran Raja Samudragupta.
Kedatangannya disambut hangat Raja Dewawarman VIII, bahkan dinikahkan dengan puteri ketiganya, Dewi Indari. Mereka dijinkannya untuk membuka permukiman di lereng gunung Ciremai. Permukiman yang terus berkembang sehingga membentuk kerajaan yang dinamakan Indraprahasta. Sentanu menjadi raja pertama (363-398). Raja Sentanu diteruskan oleh putera sulungnya, Jayasatyanagara ( 398-421). Pada masa ini Kerajaan Indrapahasta ditaklukkan oleh Purnawarman, dan menjadi kerajaan bawahan Tarumanagara.
Tahta diteruskan kepada anaknya, Wiryabanyu (421-444) yang bersahabat dengan Wisnuwarman, raja ke 4 Tarumanagara. Disaat pemberontakan Cakrawarman, Kerajaan Indraprahasta bersama 6 kerajaan bawahan Tarumanagara lainnya berhasil menghancurkan pasukan pemberontak. Persahabatan Indraprahasta dan Tarumanegara lebih erat lagi ketika Puteri Wirabanyu, Suklawatidewi, dipersunting Wisnuwarman. Dari pernikahan tersebut lahir Indrawarman, yang menjadi penerus Wisnuwarman.
Dari raja ke 4 sampai raja ke 10, tidak ada peristiwa khusus yang terjadi. Raja ke 11, Wisnumurti, mempunyai seorang puteri yang dipersunting raja terakhir Tarumanegara, Linggawarman. Pada saat raja ke 13, Padmahariwangsa, Kerajaan Tarumanegara pecah menjadi Sunda dan Galuh. Karena posisi geografisnya, Indprahasta menjadi bagian dari Galuh, bahkan ikut dalam perebutan kekuasaan dengan mendukung Purbasora. Akibatnya Raja ke 14, Wiratara menjadi sasaran gempuran Sanjaya. Kerajaan Indraprahasta, akhirnya benar benar hancur tidak bersisa.
KERAJAAN SUNDA GALUH
(Sejarah Pemecahan)
Ini adalah sebuah perjalanan panjang dari sepasang kerajaan yang bercikal bakal dari Tarumanagara. Dalam rentang waktu hampir 1000 tahun, dua kerajaan ini, Sunda dan Galuh mengalami masa putus nyambung hampir sepanjang sejarahnya.
Sejarah bermula dari eksodus seorang brahmana India bernama Manikmaya, yang oleh raja ke 7 Taruamanagara, Suryawarman, difasilitasi untuk membangun Kerajaan Kendan ( lokasi Nagreg sekarang ). Karena watak rata rata Kerajaan tatar sunda yang memperlakukan kerajaan kerajaan bawahannya sebagai kerajaan otonom, maka Kerajaan Kendan pun diwariskan secara turun temurun. Dari Manikmaya diteruskan oleh Rajaputra Suraliman Sakti, diteruskan oleh Kandiawan, yang kebetulan sudah mempunyai kerajaan sendiri, yaitu Medang Jati. Setelah Kandiawan lebih memilih untuk jadi petapa, maka kekuasaan diserahkan kepada anak bungsunya, yaitu Wretikandayun (612-702). Wretikandayun lebih tertarik mendirikan kerajaan baru, yang dinamakan Galuh, yang berarti permata.
Pilihan Kandiawan untuk mengutamakan Wretikandayun dibanding tiga kakaknya ternyata tepat. Dibawah kepemimpinannya, Galuh berkembang pesat, dari segi perdagangan dan terutama pasukan kerajaan. Hal lain adalah sang raja dikaruniai umur panjang sampai 110 tahun, yang setara dengan pergantian enam kali Raja Tarumanagara, mulai dari Kertawarman sampai raja terakhir Linggawarman, sehingga ia faham betul liku liku Tarumanagara.
Sementara itu Tarumanagara sebagai Kerajaan induk mulai mengalami masa masa redup pada era Linggawarman. Sehingga ketika wafat Linggawarman, Tarus Bawa ( 669-723) menantu raja yang ditunjuk sebagai penerus tahta mengambil inisiatif untuk mengubah nama kerajaan menjadi Kerajaan Sunda. Suatu tindakan yang langsung direspon oleh Wretikandayun dengan deklarasi pemisahan Kerajaan Galuh dari Induknya yaitu Kerajaan Sunda d/h Tarumanagara.
Pemisahan Kerajaan berlangsung damai. Dengan kedudukan sekarang yang sederajat, maka dimulailah era Kerajaan kembar Sunda Galuh yang dipisahkan oleh Sungai Citarum.
1.KERAJAAN SUNDA GALUH (Skandal Seks dan Perang Saudara)
Setelah Kerajaan Tarumanagara pecah dengan damai menjadi Kerajaan Sunda dan Galuh, maka suksesi kekuasaan berjalan di masing masing kerajaan. 
Suksesi di Kerajaan Sunda relatif lebih tenang. Tarus Bawa mempunyai seorang putera yang wafat sebelum beliau. Namanya tidak tercatat dalam sejarah. Namun sempat melahirkan dua orang puteri yaitu Sekar Kencana dan Mayangsari.
Sementara di Galuh, Wretikandayun mempunyai tiga orang putera yaitu Sempak Jaya, Jantaka, dan Amara. Berhubung Sempak Jaya dan Jantaka mempunyai cacat pisik, maka Amara yang dipersiapkan menjadi putera mahkota. Sementara Sempak Jaya 'diberi jatah' menjadi raja di Kerajaan Galunggung, dan Jantaka menjadi raja di Kerajaan Denuh.
Skandal terjadi ketika diadakan ritual bulan pertama di Galuh, yang dipimpin langsung Wretikandayun. Karena sakit, Sempak Jaya tidak bisa hadir, dan mengutus istrinya, Pohaci Rababu, mewakili beliau. Amara yang tertarik kecantikan Rababu lupa diri dan melakukan hubungan terlarang sampai mengandung. Mengetahui skandal tersebut, Sempak Jaya memilih bersabar dan menerima kembali kehadiran sang istri. Ketika lahir, bayi laki laki hasil hubungan haram tersebut diserahkan ke Galuh, dan menimbulkan kehebohan serta rasa malu keluarga kerajaan. Amara menamainya Bratasenawa atau Sena (Sang Salah).
Untuk menutupi skandal tersebut, Wretikandayun menyuruh Amara meninggalkan Galuh menuju Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah sekarang. Di Kalingga ia dijodohkan dengan Dewi Parwati, puteri dari Raja Kartikeyasinga dengan Maharani Sima. Dari hasil perkawinan ini, lahirlah anak perempuan yang diberi nama Sanaha.
Saat Raja dan Ratu Kalingga wafat, maka kerajaan di bagi dua : wilayah utara, Bumi Mataram, dan Wilayah selatan, Sembara. Bumi Utrara diserahkan kepada pasangan Amara-Dewi Parwati. Saat Wretikandayun wafat pada usia 111 tahun, Amara dipanggil pulang, dan dinobatkan sebagai raja dengan gelar Mandiminyak. Sementara sang istri, Dewi Parwati tetap di Kerajaan Bumi Mataram, dan menjadi penguasa di sana.
Anak anak Amara, Sena dan Sanaha akhirnya dijodohkan ( kawin manu). Dari pasangan itu lahir Sanjaya, pada tahun 683 M. Pada Tahun 703 M, Sanjaya dinikahkan dengan dengan Sekar Kencana, cucu Tarus Bawa. Pada tahun 709, Amara wafat.
Dan Tragedi pun dimulai....
2.KERAJAAN SUNDA GALUH (Skandal Seks dan Perang Saudara)
Suksesi di Kerajaan Galuh berlangsung hiruk pikuk diselingi dengan skandal seks putera mahkota Amara. Namun sejak Amara naik tahta hingga wafatnya tidak terjadi huru hara yang berarti. Tetapi ketika Amara mangkat pada tahun 709 M, dan Bratasenawa naik tahta, timbul kontroversi tentang siapa yang berhak menduduki tahta Galuh.
Walaupun Bratasenawa anak Amara, dia lahir dari hubungan tidak sah dengan kakak iparnya, Pohaci Rababu, istri Sempak Waja. Anak Sempak Waja 'yang asli' yaitu Purbasora dan Demunawan merasa lebih berhak atas tahta Galuh. Pada tahun 716 Purbasora berhasil menyingkirkan Sena ( Sang Salah ) dengan didukung Kerajaan Indraprahasta ( mertua Purbasora), Kerajaan Kuningan ( mertua Demunawan ), dan Bimaraksa ( putera Jantaka dari kerajaan Denuh). Perang saudara Dahsyat terjadi. Sena melarikan diri ke Bumi Mataram, berlindung ke mertua sekaligus ibu tirinya, Dewi Parwati dan bertemu kembali dengan anaknya, Sanjaya.
Hampir terjadi perang antara Galuh dan Sunda. Namun karena kudeta sudah terjadi, dan Sena dinyatakan selamat, pasukan Sunda urung bertempur. Legitimasi pasukan Sunda mengerahkan pasukan karena Bratasenawa adalah besan Tarus Bawa karena Sanjaya, anak Bratasenawa menikah dengan Sekar Kencana, cucu Tarus Bawa.
Jadi begitulah riwayat kakak beradik Sempak Waja, Jantaka, dan Amara yang kisruh sedari awal. Kekisruhan yang dilanjutkan anak anak mereka Purbasora, Demunawan, Bimaraksa, dan Bratasenawa. Terus berlanjut hingga cucu cucu mereka, Sanjaya, Wijayakusuma, bahkan hingga cicit mereka, Premana Dikusuma, Tamperan Bramawijaya, bahkan setelah itu, Manarah dan Banga. Skandal seks yang membawa masalah hingga empat generasi sesudahnya.
Singkat cerita, Purbasora berhasil memduduki tahta Galuh ( 716-726). Namun perang saudara dahsyat yang kedua kali sedang menanti.....
3.KERAJAAN SUNDA GALUH (Skandal Seks dan Perang Saudara)
Saat itu tahun 723 M, Dinasti Umayah sedang berkuasa di Jazirah Arab. Pada saat yang sama, Kerajaan Galuh di perintah oleh Purbasora, dan Kerajaan Sunda dipimpin Tarus Bawa yang sudah uzur. Pada tahun itu Tarus Bawa wafat. Konstelasi politik di Bumi Parahyangan langsung berubah......
Sanjaya kemudian naik tahta menggantikan Tarus Bawa. Hubungan Sunda Galuh yang selama ini adem ayem langsung memanas. Dan benar saja, Sanjaya yang lama memendam dendam terhadap Purbasora, Raja Galuh yang telah menggulingkan ayahnya, Bratasena, langsung mengerahkan pasukan untuk menggempur Galuh. Di bantu Kerajaan Bumi Sembara, dan Bumi Mataram ( pecahan Kerajaan Kalingga, Jawa tengah sekarang) Galuh porak poranda, dan Purbasora tewas di tangan Sanjaya. ini terjadi tahun726 M.
Dengan demikian penyatuan pertama Galuh Sunda terjadi pada jaman Sanjaya ini. Mahkota Galuh diserahkan kepada Premana Dikusuma (726-732), Cucu Purbasora sendiri. Namun pemerintahan sehari hari diserahkan kepada Tamperan Bramawijaya, buah perkawinan Sanjaya dengan cucu Tarus Bawa, Sekar Kencana. Perang telah usai, tapi skandal seks jilid 2 baru saja dimulai.....
Untuk menjamin stabilitas Kerajaan Galuh sehabis perang, Sanjaya kemudian menjodohkan Premana Dikusuma, dengan Dewi Pangreyep, keponakannya yang juga cicit Tarus Bawa. Namun suasana istana negeri jajahan, membuat Premana lebih banyak meluangkan waktu untuk bertapa di tepi timur Sungai Citarum. Situasi yang mendorong terjadinya sekali lagi skandal seks di Istana. Kali ini antara Dewi Pangreyep dan Tamperan Brawijaya.
Untuk menutupi skandal memalukan ini, Tamperan menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi Premana yang sedang bertapa. Lalu disusun skenario bahwa Tamperan berhasil menewaskan pembunuhnya. Kemudian mengambil tindakan 'heroik' dengan mengawini sekaligus dua janda Premana. Dia kemudian dinobatkan menjadi raja Galuh, sekaligus Raja Sunda. Suatu tindakan yang dianggap cerdik pada mulanya.
Namun Skandal melahirkan peperangan lagi.....
4.KERAJAAN SUNDA GALUH (Skandal Seks dan Perang Saudara)
Manarah, adalah putera dari perkawinan Premana Dikusuma dengan Naganingrum, cucu Bimaraksa. Ayahnya terbunuh, tetapi kemudian Manarah mempunyai bapak tiri karena ibunya kemudian dinikahi Tamperan Bramawijaya yang naik tahta menjadi raja Galuh sekaligus Sunda.Namun sebuah berita mengejutkan datang dari sang buyut, Bimaraksa. Bagaimana tidak, kabar itu menyebutkan bahwa ayahnya, Premana Dikusumah, sesungguhnya telah dibunuh Tamperan Brawijaya dengan cara cara licik. Maka rencana balas dendam pun disusun.Dibawah bimbingan Bimaraksa, maka ditentukan kudeta akan dilakukan saat acara sabung ayam. Kudeta berhasil, Tamperan Bramawijaya dan Dewi Pangreyep tewas, sementara Banga, putera mahkota ditawan. Kabar tewasnya Tamperan Brawijaya membuat Sanjaya yang bertahta di Bumi Mataram mengerahkan pasukan menyerang Galuh. Kerajaan Galuh yang telah bersiap diri dan didukung Kerajaan Kuningan dapat menahan laju pasukan Sanjaya. Pertempuran berlangsung berhari hari, tak ada yang menang, tak ada yang kalah.Melihat situasi yang membahayakan kedua belah pihak, maka Demunawan ( anak Sempak Waja, cucu Wretikandayun, pendiri Galuh ), turun gunung dari Saung Galah. Dalam perundingan damai yang diadakan di Galuh, disepakati :
• Manarah menguasai Kerajaan Galuh
• Banga mengusai Kerajaan Sunda
• Sanjaya tetap menjadi Raja Bumi Mataram
• Demunawan Menguasai Kerajaan Kuningan.
Demikianlah perang kembali memecah kerajaan Sunda dan Galuh, terjadi pada tahun 739. Manarah kemudian dikenal sebagai Ciung Wanara dalam legenda Ciamis.
5.KERAJAAN SUNDA GALUH ( Damai kemudian bersatu )
Setelah mengalami masa peperangan selama empat generasi, maka kerajaan Sunda Galuh memasuki era damai sejak Galuh dipimpin Manarah alias Ciung Wanara ( 739-783) dan Sunda dipimpin Rakeyan Banga (739-766). Berturut turut adalah raja raja Sunda dan Galuh :
Raja-raja Sunda sampai Sri Jayabupati
NAMA Raja Masa pemerintahan Keterangan
1 Maharaja Tarusbawa,669-723
2 Sanjaya Harisdarma 723-732, cucu-menantu no. 1
3 Tamperan Barmawijaya 732-739
4 Rakeyan Banga 739-766
5 Rakeyan Medang Prabu Hulukujang 766-783
6 Prabu Gilingwesi 783-795, menantu no. 5
7 Pucukbumi Darmeswara 795-819, menantu no. 6
8 Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus 819-891
9 Prabu Darmaraksa 891-895, adik-ipar no. 8
10 Windusakti Prabu Dewageng 895-913
11 Rakeyan Kemuning Gading Prabu Pucukwesi 913-916
12 Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa 916-942, menantu no. 11
13 Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa 942-954
14 Limbur Kancana 954-964, anak no. 11
15 Prabu Munding Ganawirya 964-973
16 Prabu Jayagiri Rakeyan Wulung Gadung 973-989
17 Prabu Brajawisesa 989-1012
18 Prabu Dewa Sanghyang 1012-1019
19 Prabu Sanghyang Ageng 1019-1030
20 Prabu Detya Maharaja Sri Jayabupati 1030-1042
Catatan: Kecuali Tarusbawa (no. 1), Banga (no. 4), dan Darmeswara (no. 7) yang hanya berkuasa di kawasan sebelah barat Sungai Citarum, raja-raja yang lainnya berkuasa di Sunda dan Galuh.
Raja-raja Galuh sampai Prabu Gajah Kulon
No Raja Masa pemerintahan Keterangan
1 Wretikandayun 670-702
2 Rahyang Mandiminyak 702-709
3 Rahyang Bratasenawa 709-716
4 Rahyang Purbasora 716-723, sepupu no. 3
5 Sanjaya Harisdarma 723-724, anak no. 3
6 Adimulya Premana Dikusuma 724-725, cucu no. 4
7 Tamperan Barmawijaya 725-739, anak no. 5
8 Manarah 739-783, anak no. 6
9 Guruminda Sang Minisri 783-799, menantu no. 8
10 Prabhu Kretayasa Dewakusalesywara Sang Triwulan 799-806
11 Sang Walengan 806-813
12 Prabu Linggabumi 813-852
13 Prabu Gajah Kulon Rakeyan Wuwus 819-891, ipar no. 12
Catatan: Sanjaya Harisdarma (no. 5) dan Tamperan Barmawijaya (no. 7) sempat berkuasa di Sunda dan Galuh. Penyatukan kembali kedua kerajaan Sunda dan Galuh dilakukan kembali oleh Prabu Gajah Kulon (no. 13).
Bahkan pada masa Rakeyan Wuwus, Kerajaan Sunda dan Galuh bersatu, karena Raja Galuh Linggabumi tidak punya keturunan. Akhirnya Tahta diserahkan kepada suami adiknya, yang adalah Raja Sunda, Rakeyan Wuwus ( 819-891). Dengan demikian ini adalah penyatuan kedua sejak Sanjaya.
Jika dihitung sejak era Manarah - Banga, maka rakyat kedua kerajaan mengalami masa masa damai selama 150 tahun hingga penyatuan tersebut. Namun penyatuan Kerajaan tidak selalu berbuntut manis. Kali ini masalah terjadi di jantung Kerajaan Sunda sendiri. Sebuah rebutan kekuasaan yang menumpahkan darah.....
1.KERAJAAN SUNDA GALUH (Era Rebutan Kekuasaan)
Jangan sekali kali merebut kekuasaan secara tidak sah. Hanya karena perbuatan illegal Arya Kedaton ( 891-895) merebut tahta Sunda, maka selama hampir 100 tahun Kerajaan Sunda didera prahara saling membunuh dan menjatuhkan. Kudeta yang satu dibalas dengan kudeta yang lebih Dahsyat. Bahkan kudeta di Kerajaan Sunda sempat menyeret peperangan dengan Kerajaan kembarnya, Galuh.
Sementara bagi Kerajaan Galuh sendiri, masa seratus tahun juga tidak dilalui dengan mudah. Walaupun relatif tidak terjadi kudeta berdarah darah, beberapa kali Galuh mengalami kekosongan kekuasaan karena ketiadaan putera mahkota. Sehingga beberapa kali terpaksa mengekspor raja raja dari Sunda. Sebuah catatan sejarah yang cukup aneh. Atau mungkin karena demikian ketatnya aturan kasta, sehingga hanya bangsawan dengan darah biru tertentu yang berhak menguasai tahta.
Adalah Arya Kedaton yang mengambil alih kekuasaan saat Rakeyan Wuwus wafat. Sangat tidak lazim karena Arya bukan putera mahkota, dia adalah ayahanda putera mahkota sendiri, Rakeyan Windu Sakti. Seorang bapak mengkudeta tahta anaknya sendiri. Akibat tindakannya itu, Arya harus menebus dengan nyawanya sendiri akibat dibunuh salah satu menterinya.
Maka naiklah Rakeyan Windusakti (895-913), menggantikan ayahnya. Masa pemerintahan sampai wafatnya dilalui dengan aman. Tahta diteruskan oleh anaknya, Kemuning Gading. Kemunig Gading hanya berkuasa selama tiga tahun, dijatuhkan oleh Rakeyan Jayagiri, adiknya sendiri. Nampaknya perilaku sang kakek, Arya Kedaton, ditiru sang cucu, Jayagiri.
Kudeta ini memicu perang dengan Kerajaan Galuh, karena Raja Galuh, Jayadatra adalah anak kemuning Gading. Perang berlangsung draw, dengan hasil Galuh melepaskan diri dari Kerajaan Sunda. Dengan demikian penyatuan Sunda Galuh Oleh Rakean Wuwus, dihapuskan oleh cucu cicitnya. Akhirnya kekuasaan Jayagiri benar benar terhenti setelah dibunuh oleh lembur Kencana, adik Jayadatra, putera kedua Kemuning Gading. Kerajaan Sunda kembali berdamai dengan Kerajaan Galuh.
Tapi nampaknya pembunuhan karena kudeta belum akan berhenti....
2.KERAJAAN SUNDA GALUH (Era Rebutan Kekuasaan)
Limbur Kencana naik tahta dengan membunuh raja sebelumnya, Jayagiri. Ini merupakan rangkaian panjang pembunuhan yang dimulai ketika Arya Kedaton melakukan kudeta, dan kemudian dibunuh salah satu menterinya. Arya Kedaton digantikan anaknya Windu Sakti, dan Windu Sakti diteruskan oleh anaknya, Kemuning Gading. Tragedi terjadi lagi, Kemuning disingkirkan Jaya Giri, adiknya sendiri. Jaya Giri kemudian dibunuh Limbur Kencana, anak Kemuning Gading.
Limbur Kencana yang kemudian naik tahta dibunuh Dewi Ambawati, anak Jaya Giri. Suami Dewi Ambawati, Watu Ageung kemudian menjadi Raja. Watu Ageung tidak lama memimpin karena kemudian dibunuh Sunda Sembawa, putera Lembur Kencana. Sampai disini, bunuh membunuh berhenti. Total terdapat 5 raja yang dibunuh dalam era rebutan kekuasaan ini. 100 tahun yang sia sia dilewatkan hanya untuk memenuhi nafsu berkuasa. Setelah itu suksesi relatif berjalan normal.
Dan ketika suksesi berjalan normal, perlahan lahan Kerajaan Sunda Galuh memasuki masa keemasan.
3.KERAJAAN SUNDA GALUH (Masa Keemasan)
Disiplin dalam melakukan suksesi benar benar memberikan berkah bagi Kerajaan Sunda Galuh. Nampaknya mereka telah belajar banyak dari era 100 tahun penuh makar dan peperangan yang tidak perlu. Mulai dari era Sunda Sembawa (964-973) maka kerajaan Sunda Galuh benar benar berada dalam perdamaian dan masa keemasan.
Walaupun tidak tercatat melakukan ekspansi memperluas wilayah, kala itu Kerajaan mempunyai angkatan perang yang kuat baik angkatan darat maupun angkatan laut. Sebagaimana diketahui, beberapa pelabuhan penting saat itu dibawah otoritas Sunda Galuh, terutama Banten, Cirebon, dan tentu saja Kalapa ( Sunda Kalapa, Jayakarta, dan akhirnya Batavia, Jakarta ).
Masa damai itu tidak terpengaruh oleh terjadinya peperangan antara negara negara sekitarnya ( Sriwijaya, Kediri, Samudra Pasai ). Bahkan pada masa Raja Darmasiksa ( 1175 - 1297), Kerajaan Sunda Galuh -tepatnya di bekas ibukota Sundapura - menjadi tempat perundingan damai segitiga antara Kekaisaran China, Sriwijaya, dan Kediri. Perlu dicatat, Darmasiksa mempunyai seorang cucu yang bernama Raden Wijaya. Raden Wijaya, setengah Sunda, setengah Jawa, kemudian mendirikan Majapahit yang terkenal itu. Darmasiksa memang raja visioner. Dia mendirikan banyak kabuyutan, diantaranya Ciburuy (Garut), Sanghyang Tapak (Sukabumi), dan Kanekes (Banten). 800 tahun kemudian, kini, kita masih dapat menyaksikan miniatur Kerajaan Sunda di Kanekes.
Pada era Prabu Lingga Dewata (1311-1333), Kerajaan Sunda Galuh mempunyai ibukota baru, yaitu Kawali ( = kuali, belangga ). Selama ini ibukota kerajaan berada bolak balik antara Pakuan, Galuh, atau Saung Galah ( sekitar Gunung Galunggung ). Maka mulai saat itu orang mengenal era Kawali dalam perjalanan sejarah Sunda Galuh. Pada saat yang sama Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpah palapa dihadapan Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana di Majapahit.
Hampir 400 tahun berlalu sudah sejak Raja Sunda Sembawa memerintah. Masa keemasan terus berlanjut hingga Prabu Maharaja Lingga Buana (1350-1357) naik tahta. Dan Tragedi Bubat, terjadilah.....
4.KERAJAAN SUNDA GALUH (Tragedi Bubat)
Tragedi Bubat, Selasa Wage, tanggal 4 September 1357.
By accident or By design? Apapun, menyerbu sebuah iring iringan calon pengantin, tidak bisa dibenarkan. Kala itu adalah masa keemasan Kerajaan Sunda Galuh, namun juga masa keemasan kerajaan tetangganya yang sangat ekspansif, Majapahit.
Dua kerajaan besar, dua kerajaan yang sejajar, dua raja dengan satu nenek moyang. Seorang raja, Lingga Buana, seorang puteri, Dyah Pitaloka, dan iring iringan pengantin harus gugur karena nafsu penaklukan. Seorang raja berkuasa, Hayam Wuruk, harus terpukul hingga menderita sakit. Dan karir sang Mahapatih harus berakhir tidak jelas.
Dari generasi ke generasi, peristiwa kelam ini selalu dikenang. Memang seluruh tubuh yang gugur disucikan dengan upacara. Memang para pembesaran Majapahit mengungkapkan penyesalan yang mendalam. Memang para perwira yang menjunjung tinggi harga diri ini kembali dibaringkan di tanah Sunda. Tetapi beban sejarah yang berat harus dipikul seorang Bunisora.
Bunisora, adik Lingga Buana, harus memimpin rahayat Pasundan Galuh melewati semua ini. Dialah seorang pendeta tingkat satmata, tingkat lima, yang karena kecelakaan sejarah dinobatkan menjadi raja. Saat itu putera mahkota baru berusia 9 tahun. Dialah yang harus membimbing calon penerus, Anggalarang, terutama bersikap bijak terhadap tragedi Bubat. Bukan hal yang mudah......
Tapi berhasil. Berkat bimbingan sang paman, Anggalarang tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana. Pada waktu dinobatkan pada usia 23 tahun, dan bergelar Mahaprabu Niskala Wastukencana, dikenal juga dengan nama Wangisutah, seorang raja besar telah dilahirkan. Pada waktu itu untuk pertama kalinya Keluarga Kerajaan Sunda Galuh, mempunyai anggota keluarga yang beragama Islam yang baru saja pulang Haji. Dia adalah kakak ipar raja sendiri, putera dari Bunisora, pamannya. Tidak terjadi intrik atas perbedaan agama ini. Bratalegawa atau Haji Purwa Galuh setelah masuk Islam, malah diberi tanah di Cirebon untuk mengembangkan agamanya. Indah, bukan?
Pada saat itu juga sebuah tim ekspedisi dari negeri China dipimpin Laksamana Cheng Ho mengunjungi pelabuhan Muara Jati di Cirebon, dan menghadiahkan sebuah mercu suar disana. Sementara itu, untuk pertama kalinya berdiri pesantren di tatar Sunda oleh Syekh Hasanudin bin Yusuf di daerah Karawang, tetunya atas ijin Mahaprabu. Sementara sebuah padepokan agama Budha didirikan di Kerajaan Talaga, Majalengka sekarang.
5.KERAJAAN SUNDA GALUH (Akhir Sebuah Era)
Mahaprabu Wastukencana yang berkuasa atas Kerajaan Sunda dan Galuh menjelang akhir hayatnya membagi kerajaan menjadi dua bagian : Sebelah barat Citarum, kerajaan Sunda diberikan kepada Haliwungan atau Prabu Susuktunggal, anak dari istri Ratna Sarkati. Sebelah timur Citarum, Kerajaan Galuh kepada Dewa Niskala, anak dari istri Mayangsari. Kedua Kerajaan berdiri sejajar. Kerajaan Sunda Galuh kembali ke masa pemecahan, kali ini karena amanat Wastukencana.
Skandal terjadi di Kawali. Perang Bubat ternyata masih menyisakan soal. Diawali dengan pelarian pembesar Majapahit ke Galuh. Waktu itu memang sedang terjadi huru hara akibat perebutan kekuasaan di Majapahit. Pelarian di sambut baik di Galuh. Yang jadi soal adalah Dewa Niskala mengawini salah seorang pembesar Majaphit tersebut, sesuatu yang diharamkan sejak Bubat. Lebih lebih lagi wanita itu telah bertunangan.
Akibat pelanggaran kode etik itu, Prabu Susuktunggal menjadi murka dan berniat menyerbu Galuh. Namun perang dapat dicegah, dan pihak pihak bersengketa duduk di meja perundingan. Hasil kesepakatan adalah baik Susuktunggal ataupun Dewa Niskala harus mengundurkan diri sebagai raja di kerajaan masing masing. Sebagai gantinya mereka menunjuk Jayadewata yang merupakan anak Dewa Niskala sekaligus mantu Susuktunggal.
Akhirnya Kerajaan Sunda Galuh kembali dilebur dengan raja Jayadewata, Sribaduga Maharaja, Prabu Siliwangi, dengan ibukota Pakuan. Maka lahirlah Kerajaan Pajajaran.....
Raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati
No Raja Masa pemerintahan Keterangan
1 Darmaraja 1042-1065
2 Langlangbumi 1065-1155
3 Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur 1155-1157
4 Darmakusuma 1157-1175
5 Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu 1175-1297
6 Ragasuci 1297-1303
7 Citraganda 1303-1311
8 Prabu Linggadéwata 1311-1333
9 Prabu Ajiguna Linggawisésa 1333-1340, menantu no. 8
10 Prabu Ragamulya Luhurprabawa 1340-1350
11 Prabu Maharaja Linggabuanawisésa 1350-1357 tewas dalam Perang Bubat
12 Prabu Bunisora 1357-1371, paman no. 13
13 Prabu Niskala Wastu Kancana 1371-1475 anak no. 11
14 Prabu Susuktunggal 1475-1482
KERAJAAN PAJAJARAN
Munculnya nama Kerajaan Pajajaran menggantikan nama Sunda Galuh seiring dengan penobatan Jayadewata atau yang dikenal dengan Sri Baduga Maharaja, Prabu Siliwangi (1482-1521). Parabu Siliwangi memilih Pakuan sebagai ibukota, sehingga dikenal juga nama Pakuan Pajajaran.
Barangkali Prabu Siliwangi ini merupakan raja yang paling melekat namanya di hati masyarakat Sunda kontemporer. Beliau sering dikenal sebagai karuhun urang Sunda. Ditilik kiprahnya dalam sejarah Sunda, memang beliau banyak membuat karya besar pada jamannya. Yang utama adalah pada masa pemerintahannya rakyat makmur sejahtera. Perdagangan meningkat pesat ditunjang oleh kontrol penuh atas selat Sunda, Pelabuhan Banten, Pelabuhan ( Sunda ) Kalapa, dan Muara Jati Cirebon. Penguasaan atas pelabuhan Cirebon kemudian diberikan kepada Raden Walangungsang, anaknya dari Subanglarang, yang seorang muslimah. Pada masanya juga ditandatangani perjanjian dagang dan keamanan dengan penguasa selat Malaka, Portugis. Sementara di dalam negeri, dibangunlah situs Rancamaya ( Bogor sekarang ).
Sementara di tanah Jawa lainnya, Kerajaan yang sedang kuat kuatnya adalah Demak yang bercorakkan Islam. Di tatar Sunda sendiri, perkembangan Islam begitu pesat. Mungkin karena agama baru ini lebih mendekati agama asli urang Sunda ( jatisunda, sundawiwitan ) yang monetheism.
Setelah wafat, maka beliau digantikan Surawisesa ( 1521-1535). Bukan main beratnya melanjutkan nama besar sang ayah. Pada masanya, Kesultanan Cirebon melepaskan diri. Disusul wilayah Banten yang mendeklarasika Kesultanan Banten. Terakhir adalah Sunda Kalapa yang direbut Fatahillah, yang setelah direbut berganti nama menjadi Jayakarta. Satu persatu kerajaan di bawah Pajajaran lainnya mulai lepas. Mulai dari Kerajaan Galuh, Kerajaan Talaga, dan akhirnya Sumedang Larang. Ketika akhirnya perjanjian damai ditandatangani Oleh Kerajaan Pajajaran dan dan Kesultanan Cirebon, Surawisesa telah kehilangan setengah wilayahnya.
Mungkin hal ini yang mendorong penulisan Prasasti Batu Tulis yang menceritakan kebesaran ayahnya dan simbolisasi penyesalan atas banyaknya kehilangan wilayah pada masanya.
Setelah wafat Surawisesa, maka Praba Ratu Dewata (1535-1543) menggantikannya. Pada masa beliau, keadaan kehidupan yang sulit melanda kerajaan. Kondisi ini diperparah dengan serbuan kesultanan Banten yang menyerang ibukota Pakuan, walaupun gagal. Sebagian berpendapat situasi ini disebabkan sang Prabu kurang cakap dalam memimpin kerajaan, dan lebih tertarik mendalami ilmu tapabrata.
Keadaan tidak lebih baik setelah Sang Ratu Saksi naik tahta (1543-1551). Jika sang ayah adalah ahli ibadah yang lemah lembut, maka sang anak berperangai keras dan sewenang wenang. Banyak kasus dimana harta benda rahayat diambil paksa. Lebih parah lagi dia meniru perangai buyutnya, Dewa Niskala dengan menikahi wanita yang sudah bertunangan, dan melakukan skandal dengan mantan selir ayahnya. Akhirnya sang Ratu diturunkan dengan paksa, dan digantikan Nilakendra ( 1551-1567).
Pada saat Nilakendra berkuasa, Pajajaran benar benar dilanda situasi tidak menentu dan dan frustasi yang meluas. Rakyat banyak yang kelaparan. Ditengah kekacauan, Nilakendra melarikan diri dari himpitan masalah dengan menganut ajaran ekstrim, tantra. Aliran ini mengutamakan merapal manteta mantera untuk menyelesaikan persoalan, dan mabuk mabuk setelah menyantap hidangan yang lezat sebagai salah satu ritualnya. Sementara ditengah suramnya ekonomi, malah digelar proyek memperindah istana dengan hiasan hiasan berlapis emas.
Tak heran bila kesultanan Banten dengan mudah menghancurkan Pakuan. Raja terakhir Pajajaran, Prabu Seda/ Raga Mulya/ Suryakancana, akhirnya meninggalkan Pakuan dan memilih Rajatapura, di Pandeglang sebagai pusat pemerintahan dalam pelarian. Rajatapura, di tempat inilah dulu untuk pertama kalinya Kerajaan Sunda kuno era Salakanagara berdiri. Semacam pertanda (?) Kerajaan Sunda dimulai di Rajatapura, dan berakhir di Rajatapura. Ramalan itu ada benarnya, saat Pasukan kesultanan Banten membumi hanguskan Rajatapura.,Saat itu, tanggal 8 Mei 1579.
KERAJAAN PAJAJARAN (Sejarah Berlanjut)
Benarkah Kerajaan Pajajaran musnah ketika Raja terakhir Suryakancana dan pengikutnya diluluh lantakkan oleh pasukan Kesultanan Banten? tidak juga.
Jauh sebelum Sri Baduga Maharaja bertahta, tepatnya pada saat buyutnya, Prabu Darmasiksa berkuasa (1175-1297), - berarti sekitar 300 tahun sebelum penobatan Prabu Siliwangi - Prabu Darmasiksa banyak mendirikan kabuyutan ( daerah suci ) yang dilengkapi dengan mandala ( lingkungan dengan penataan selaras alam).
Tercatat kabuyutan yang didirikan adalah di Ciburuy (Garut), dan Kanekes (Banten). Salah satu yang bertahan melintasi jaman hingga kini adalah Kanekes atau yang lebih dikenal dengan Baduy sekarang. Jika dihitung sejak berdirinya hingga sekarang, maka diperkirakan kampung Baduy telah berusia sekitar 500 tahun.
Tidak banyak yang berubah dari kehidupan Kanekes. Dengan demikian, setidaknya kita tahu potret sepotong kehidupan Kerajaan

0 komentar:

Posting Komentar